Sabtu, 25 September 2010

Laskar Pemimpi, Perjuangan Ugal-Ugalan dari Pahlawan Terlupakan

Laskar Pemimpi yang ugal-ugalan telah mencatatkan sejarah yang penting bagi Indonesia.

Jakarta - Untuk pertama kalinya Grup musik ''Project Pop' beradu acting dengan beberapa pemain ternama dalam film 'Laskar Pemimpi' arahan sutradara yang sangat lihai meracik sebuah adegan menjadikan tontonan yang pastinya akan disukai para penikmat film tanah air yakni Monty Tiwa.

"Awalnya sempat merasa minder ketika harus beradu 'acting' dengan teman-teman yang sudah lebih berpengalaman bermain di film layar lebar," kata Odie 'Project Pop' di sela-sela acara press conference Film Laskar Pemimpi di Planet Hollywood, Jakarta, Rabu.

Film komedi musikal dengan mengangkat cerita perjuangan Indonesia tempo dulu menghadapi Agresi Militer Belanda II yang juga dibintangi aktor Teuku Rifnu Wikana, Gading Martin, Dwi Sasono dan Marcell Siahaan.

"Meski berapa dari kami pernah main di film layar lebar, ini pengalaman pertama bagi Project Pop secara keseluruhan untuk tampil bersama dalam sebuah film layar lebar dan memang sangat menyenangkan dan mudah mudahan akan ada film yang ke dua ," ujar Odie.

Film produksi PT Kharisma Stavision Plus .'Laskar Pemimpi' dijadwalkan akan tayang di bioskop-bioskop Indonesia serentak mulai 30 September 2010.
Agresi Militer Belanda II bulan Desember 1948 membuat Sri Mulyani (Tika Project Pop) terbuang dari kampung halamannya di Maguwo, Jawa Tengah. Sri yang lugu mengembara sampai ke wilayah Panjen dan bertemu dengan pasukan gerilya Indonesia pimpinan Kapten Hadi Sugito (Gading Marten) yang sedang membuka pendaftaran anggota baru

Bersama Sri hari itu, Udjo, putra seorang ningrat yang mendaftarkan diri karena diperdaya Wiwid (Shanty) gadis pujaan hatinya. Selain itu, ada Ahok (Odie Project Pop) dan Tumino (Gugum Project Pop), pemuda desa dari wilayah sekitar Panjen. Mereka kemudian bergabung dengan Toar (Yosi Project Pop) pemuda rabun yang sudah lebih dulu menjadi gerilyawan, Kopral Jono (Dwi Sasono) yang sering diturunkan pangkatnya, dan Letnan Bowo (T. Rifnu Wikana) tangan kanan Kapten Hadi Sugito.

Sebelum Sri dan teman-temannya mendapat bekal bertempur yang memadai, pasukan KNIL di bawah pimpinan Letnan Kuyt sudah menyerang basis mereka, desa Panjen. Letnan Kuyt menculik Wiwid dan adiknya, Yayuk (Masayu Anastasia) hingga menimbulkan kemarahan Kopral Jono dan anggota baru gerilyawan Panjen

Di bawah pimpinan Kopral Jono, laskar yang minim pengalaman itu nekad kabur dari markas untuk membebaskan teman-teman mereka. Dengan hanya mengandalkan keterangan dari Once (Oon Project Pop) tentara KNIL yang mereka tawan, dan laskar mbalelo itu menyerbu markas Letnan Kuyt. Akibatnya, mereka malah terdesak lalu ikut ditawan. Untunglah Letnan Bowo dengan pasukan Panjen lainnya menyusul dan membebaskan mereka

Ulah Kopral Jono dan anak buahnya itu membuat Kapten Hadi murka. Mereka dipecat dengan tidak terhormat. Hal ini membuat mereka tidak diikutsertakan dalam serangan besar ke Yogya tanggal 1 Maret 1949 yang dipimpin Letkol Soeharto. Tapi, semangat bertempur Kopral Jono dan para laskar terbuang itu tidak surut. Diam-diam mereka bergerak sendiri mencegat pasukan bantuan Belanda dalam suatu misi nekad, mereka dikenal sebagai pasukan elite oleh pasukan Siliwangi, dan turut mencatatkan sejarah sebagai pahlawan ugal-ugalan yang terlupakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut