Sabtu, 18 September 2010

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah” (1 Tes 5:18).

Puncak Syukur 70 Tahun KAS

Misa Syukur 70
 tahun KAS“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah” (1 Tes 5:18).
Kutipan dari Santo Paulus tersebut dipilih sebagai landasan rohani kegiatan tahun syukur 2010, tak terkecuali pada ekaristi syukur 70 th KAS yang mengangkat tema: “Terlibat Berbagi Berkat”.
Minggu (27/06), Keuskupan Agung Semarang (KAS) merayakan hari ulang tahunnya yang ke 70 dengan menggelar ekaristi syukur di Kompleks Gereja Santo Antonius Muntilan dan pelataran SMP Kanisius Muntilan. Dipilihnya Muntilan sebagai tempat pelaksanaan puncak syukur 70 tahun KAS karena sejarah kekatolikan di KAS yang berawal dan mendapat wajah yang nyata melalui pusat misi awal di paroki yang dijuluki Bethlehem van Java ini. Hadir pada perayaan syukur tersebut, 14 uskup yang berasal dari KAS termasuk Kardinal Julius Darmaatmaja, SJ dan Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, ratusan imam dan biarawan-biarawati, serta ribuan umat dari berbagai paroki di Keuskupan Agung Semarang. Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Alex Bambang Riatmojo pun turut hadir dalam acara tersebut.
Paraliturgi mengawali perayaan syukur 70 tahun KAS
Puluhan petani dari berbagai paroki dengan mengenakan caping dan aneka kostum mengiringi perarakan kirab budaya tani. Beberapa di antaranya membawa gunungan hasil pertanian berupa padi, terong, wortel, lombok, kacang panjang, dan tomat.
Sejak pukul 08.00, arak-arakan dengan pembawa simbol keuskupan – burung udan atau pelikan – yang terbuat dari semacam jerami, di barisan depan berjalan dari depan SMA van Lith menuju tempat berlangsungnya misa, mengawali prosesi paraliturgi. Kirab budaya tani tersebut selain sebagai ekspresi kebanggaan dan kecintaan terhadap petani, juga ingin mengajak seluruh umat untuk semakin menghargai profesi petani dan peduli atas nasib petani. Mengingat sumbangan para petani bagi umat manusia sangatlah besar namun tak sedikit yang tidak peduli atas nasib petani.
Di depan altar di halaman SMP Kanisius, kegiatan paraliturgi dilanjutkan dengan doa rosario yang dikemas secara menarik. Peristiwa-peristiwa yang direnungkan dalam doa itu merefleksikan kehidupan nyata, khususnya global warming dan kehidupan petani yang disuguhkan secara teatrikal oleh umat Paroki Santa Maria Lourdes Sumber, Christophorus Banyu Temumpang, Santa Perawan Maria Nanggulan, Wates dan Marganingsih Kalasan. Melalui teatrikal tersebut tak mengurangi kekhusukan doa umat dalam meresapi pesan yang disampaikan.
“Paraliturgi yang dikemas sedemikian rupa itu, sangat membantu umat dalam berefleksi diri,” tutur seorang umat dari Paroki Christophorus Banyu Temumpang. “Acara juga tidak kaku dan membosankan,” lanjutnya.
Ungkapan syukur yang dikemas dalam tema: Terlibat Berbagi Berkat
Tepat pukul 11.00, ekaristi syukur dengan selebran utama Kardinal Julius Darmaatmaja, SJ didampingi Mgr. Leopoldo Girelli, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia dan Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta serta 11 uskup dan sekitar 80 imam.
Prosesi menuju altar bersama para misdinar dengan diiringi alunan karawitan disertai para penari Cucuk Lampah dari Paroki Pugeran. Ekaristi yang berlangsung khidmat itu dihiasi berbagai kesenian dan visual art, serta lagu-lagu pujian oleh paduan suara gabungan siswa-siswi SMA van Lith, Paroki Pugeran, Kumetiran dan Pringwulung, dengan diiringi karawitan dari Paroki Pugeran dan keroncong dari Paroki Kumetiran.
Tak kurang 8000 umat hadir dan memenuhi kursi. Bahkan tak sedikit umat yang lesehan beralaskan karpet, tikar, atau koran. Cuaca yang panas tak membuat ciut semangat umat untuk ikut serta dalam mengucap syukur atas 70 tahun KAS tersebut. Keterlibatan semua lapisan umat mendapatkan wujudnya berdasar tema perayaan yang dipilih.
Mgr. Ignatius Suharyo dalam homilinya mengajak umat untuk terlibat berbagi berkat melalui wujud yang nyata kepada sesama. Di tengah zaman yang penuh tantangan ini, umat diajak untuk pandai dalam membaca tanda-tanda zaman. Umat diharapkan untuk dapat menyikapinya dengan senantiasa megucap syukur di segala hal dan mewujudkannya dengan terlibat berbagi berkat. Karena dibalik setiap peristiwa, Allah selalu meyelipkan berkat melimpah bagi umat yang yakin dan percaya kepada-Nya.
“Terus-meneruslah membaca tanda-tanda zaman, yakinlah di dalamnya tersembunyi karya Allah yang agung,” ajak beliau.
Untuk membaca tanda-tanda zaman, kita perlu menjadi orang yang merdeka. Merdeka dalam hal ini berarti sadar dan yakin Allah sebagai tujuan hidup manusia.
Jika kita perhatikan tongkat keuskupan, terdapat lambang burung pelikan dengan dua anaknya yang masih kecil sedang mencucuk perut sang induk. Burung pelikan dijadikan lambang tongkat keuskupan karena keistimewaan karakter yang dimiliki burung tersebut. Ketika tidak memperoleh makanan bagi anak-anaknya, seekor induk pelikan akan melukai dirinya sendiri untuk memberi makan anak-anaknya. Sebuah pengorbanan dan ketulusan cinta burung pelikan terhadap anak-anaknya inilah yang disimbolkan sebagai ikatan kasih Kristus kepada umat-Nya.
“Di ulang tahun yang ke 70 ini, semoga Keuskupan Agung Semarang terus melahirkan pelikan-pelikan yang semangat dalam menafsirkan tanda-tanda zaman dan menemukan karya Agung Allah yang tersembunyi di dalamnya,” demikian harapan Ignatius Suharyo di perayaan syukur 70 tahun KAS.
Sebelum ditutup dengan berkat penutup, terdapat beberapa ucapan syukur di antaranya dari Administrator KAS Pius Riana Prapdi, Pr, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Leopoldo Girelli dan Kapolda Jawa Tengah, Bapak Alex Bambang Riatmojo.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolda Jawa Tengah turut bersyukur atas perjalanan KAS yang telah memasuki usia 70 tahun. Usia 70 tahun boleh dikatakan tidak muda tetapi juga dapat dikatakan belum tua untuk usia perjalanan sebuah Keuskupan. Tetapi, dalam usia yang boleh dikatakan relatif muda ini, banyak hal telah dicapai oleh Keuskupan Agung Semarang. Keuskupan Agung Semarang telah terlibat aktif bagi pengembangan umat tidak hanya bagi umat katolik saja. Melalui berbagai bidang seperti politik, sosial dan pendidikan, Keuskupan Agung Semarang telah terlibat berbagi berkat secara nyata bagi umat manusia. Secara pribadi, Bapak Alex Bambang mengungkapkan rasa bangganya terhadap Keuskupan Agung Semarang atas keterlibatannya dalam pengembangan umat.
Seusai misa, uskup-uskup memberkati peralatan pertanian dan ternak-ternak yang dibawa petani.
Sambil menikmati minuman, umat disuguhkan art performance yang menampilkan kesenian Jathilan, tari-tarian, dan teatrikal tentang pertanian bertempat di depan Pastoran Santo Antonius Muntilan. Rangkaian acarapun berakhir. Panitia menyediakan 1000 bibit tanaman tomat, cabai, dan lain-lain yang dapat dibawa pulang bagi umat yang benar-benar memerlukan.
Malam harinya mulai pukul 21.00 di tempat yang sama digelar wayang kulit mengisahkan ‘Pandawa Mbangun Pasamuan Pasucen’ atau Pandawa Membangun Tempat Penyucian oleh Ki Sudiyono sebagai dalang dari Turi, Sleman, Yogyakarta. Bintang tamu dalam wayangan tersebut Dalijo dan Mbok Beruk dengan dagelan yang khas mereka menghibur umat yang hadir. Hadir dalam acara tersebut, Administrator KAS Pius Riana Prapdi, Pr, Ketua Panitia Syukur 70 tahun KAS, FX. Sukendar Wignyosumartono, dan perwakilan bupati magelang yang saat itu berhalangan hadir. Namun, adanya pertunjukan wayang kulit ini, cukup mengobati kerinduan para pecinta wayang. Adanya hiburan rakyat ini menunjukkan bahwa gereja peduli dan mau terlibat dalam pelestarian budaya sekitar. Wayangan semalam suntuk itu sekaligus sebagai acara penutup puncak perayaan syukur 70 tahun KAS.
Seperti yang menjadi harapan dari Ketua Panitia Syukur 70 tahun KAS, Rm. FX. Sukendar Wignyosumartono, semoga gaung syukur ini membahana hingga kepada perwujudan hadirnya kerajaan Allah yang menyelamatkan di manapun kita berada. [ri]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut